BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Pendidikan
di negara kita ini sangatlah memprihatinkan jika dibandingkan dengan
negara-negara lain seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang, Taiwan, India,
China dan Malaysia ataupun negara-negara lain yang sudah mengalami kemajuan
yang sangat pesat pada bidang pendidikan. Pada satu sisi, betapa dunia
pendidikan di Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar, sedangkan pada sisi lain tantangan memasuki milenium ketiga tidak bisa dianggap main-main. Sedangkan tantangan yang dihadapai agar tetap “hidup” memasuki milenium ketiga adalah perlunya diupayakan Pendidikan yang tanggap terhadap situasi persaingan dan kerjasama global. Pendidikan yang membentuk pribadi yang mampu belajar seumur hidup. Pendidikan yang menyadari sekaligus mengupayakan pentingnya pendidikan nilai.
pendidikan di Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar, sedangkan pada sisi lain tantangan memasuki milenium ketiga tidak bisa dianggap main-main. Sedangkan tantangan yang dihadapai agar tetap “hidup” memasuki milenium ketiga adalah perlunya diupayakan Pendidikan yang tanggap terhadap situasi persaingan dan kerjasama global. Pendidikan yang membentuk pribadi yang mampu belajar seumur hidup. Pendidikan yang menyadari sekaligus mengupayakan pentingnya pendidikan nilai.
Mantan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Abdul Malik Fajar mengakui
kebenaran penilaian bahwa sistem pendidikan di Indonesia sangatlah buruk di
kawasan Asia. Dengan kondisi pemerintah sekarang yang masih harus menanggung beban
krisis yang begitu berat, rasanya tidaklah tepat apabila kita menunggu
kebijakan dari pemerintah pusat untuk membenahi kondisi pendidikan kita.
Sehingga semua pihak yang bertanggung jawab atas kondisi dan sistem pendidikan
yang ada di negara kita hendaknya ikut memikirkan bagaimana caranya agar
pendidikan di Indonesia dapat mengalami kemajuan seperti negara-negara lain.
Karena itu pada makalah ini kita akan melihat kurikulum pendidikan di
Indonesia tahun 1984. Sebagai bahan pertimbangan dan refleksi dalam membuat
kurikulum selanjutnya. Dalam pembahasan nanti kita akan melihat gambaran dan
karakteristik dari kurikulum tersebut, sehingga kita akan mengetahui kelemahan
ataupun kelebihan dari kurikulum tersebut. Bila kurikulumnya di desain dengan
sistematis dan komprehensif serta integral dengan segala kebutuhan pengembangan
dan pembelajaran anak didik, tentu out put pendidikan akan mampu mewujudkan
harapan. Tetapi bila tidak, kegagalan demi kegagalan akan terus menghantui
dunia pendidikan.
II.
Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini penulis mengangkat dua pemasalahan, yaitu:
1. Apa latar belakang dibuat kurikulum
1984?
2. Bagaimana Ciri
– ciri dan Kebijakan Penyusunan Kurikulum 1984?
3. Apa kelebihan dan kekurangan
kurikulum 1984?
III. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui latar belakang dibuat kurikulum 1984.
2.
Untuk
mengetahui Ciri – ciri dan Kebijakan Penyusunan
Kurikulum kurikulum
1984.
3.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan kurikulum 1984.
IV. Manfaat Penulisan
Manfaat penulis dari makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui dan menambah
wawasan tentang bentuk kurikulum 1984.
2. Dapat mengetahui gambaran dan ciri
kurikulum 1984 yang pernah digunakan di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu alat
untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah.
Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan
diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua
itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum
haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan
yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai
dengan yang diharapkan.
Secara etimologi, kurikulum (curriculum)
berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang
berarti “tempat berpacu”. Itu berarti istilah kurikulum berasal dari dunia olah
raga pada zaman Yunani Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak
yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish, kemudian di
gunakan oleh dunia pendidikan.
Secara terminologi, istilah
kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu sejumlah pengetahuan atau
kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai tingkatan
tertentu secara formal dan dapat dipertanggungjawabkan. Seiring perkembangan
jaman pengertian kurikulum juga terus mengalami pergeseran makna, tugas
mendidik yang harusnya diemban bersama-sama antara keluarga dan sekolah menjadi
tidak berimbang, hal ini menjadikan masyarakat lebih mempercayakan masalah
pendidikan anak kepada sekolah. Padahal waktu yang dimiliki anak lebih banyak
dilingkungan keluarga daripada disekolah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian pesat diikuti peledakan informasi dan peledakan
penduduk membuat beban sekolah semakin berat dan kompleks akhir-akhir ini. Hal
ini juga yang menyebabkan masyarakat lebih banyak menuntut ke sekolah berupa
nilai-nilai dan kemampuan anak yang harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan dunia kerja.
Pengertian kurikulum secara luas
tidak hanya berupa mata pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar siswa saja
tetapi segala hal yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Di bawah ini merupakan pengertian
menurut beberapa ahli ;
Pertama, Donald F.Gay dalam Asnah
Said, menggunakan beberapa perumusan kurikulum sebagai berikut:
a. Kurikulum terdiri atas sejumlah
bahan pelajaran yang secara logis.
b. Kurikulum terdiri atas pengalaman
belajar yang direncanakan untuk membawa perubahan perilaku anak.
c. Kurikulum merupakan desain kelompok
social untuk menjadi pengalaman belajar anak di sekolah.
d. Kurikulum terdiri atas semua
pengalaman anak yang mereka lakukan dan rasakan di bawah bimbingan belajar.
Kedua, Nengly and Evaras, kurikulum
adalah semua pengalaman yang direncanakan yang dilakukan oleh sekolah untuk
menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang
paling baik. Ketiga, Robert S. Flaming, Kurikulum pada sekolah modern dapat
didefinisikan sebagai seluruh pengalaman belajar anak yang menjadi tanggung
jawab sekolah. Keempat, Harsono, kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang
diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau
jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang
dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh
program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
Kelima, J.Wiles &
J.Bondi, Kurikulum ialah seperangkat nilai-nilai, yang digerakkan
melalui suatu pengembangan proses kulminasi dalam pengalaman-pengalaman di
kelas untuk murid-murid. Tingkat terhadap pengalaman tersebut merupakan suatu
representasi yang benar terhadap cita-cita yang diimpikan ialah suatu fungsi
langsung daripada efektivitas dari usaha-usaha pengembangan kurikulum.
B.
Latar
Belakang Dibuat Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 pada hakikatnya
merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975. Asumsi yang mendasari
penyempurnaan kurikulum 1975 ini adalah bahwa kurikulum merupakan wadah atau
tempat proses belajar mengajar berlangsung yang secara dinamis, perlu
senantiasa dinilai dan dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan kondisi
dan perkembangan masyarakat.
Kurikulum 1975 hingga menjelang
tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan
tuntunan ilmu pengetahuan dan teknologi . Bahkan sidang umum MPR 1983 yang
produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyatakan keputusan politik yang
menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 kepada kurikulum
1984.Karena pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975
oleh kurikulum 1984, secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 adalah.
1. Terdapat ketidak serasian antara
meteri kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.
2. Terdapat kesenjangan antara program
kurikulum dan pelaksanaan di sekolah.
3. Terlalu padatnya isi kurikulum yang
harus di ajarkan hampir di setiap jenjang.
4. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai
dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk
pendidikan luar sekolah.
5. Pengadaan program studi baru untuk
memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
Kurikulum
1984 mengutamakan penerapan pendekatan proses (process skill approach), tetapi
faktor pencapaian tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi peserta didik ditempatkan sebagai
subjek belajar, mereka digiring untuk melakukan berbagai keterampilan proses
(dari keterampilan proses dasar sampai kepada keterampilan proses terintegrasi)
melalui “Cara Belajar Peserta didik Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Kurikulum
1984 berorientasi kepada tujuan
instruksional dengan berdasar pada pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar
kepada peserta didik dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus
benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang
harus dicapai peserta didik.
Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP
Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992.
C.
Ciri
– Ciri Dan Kebijakan Penyusunan Kurikulum 1984
a)
Ciri-ciri Kurikulum 1984
Atas dasar perkembangan itu maka
menjelang tahun 1983 antara kebutuhan dan tuntutan masyarakat dan ilmu
pengetahuan dan teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975
dianggap tidak sesuai lagi. Oleh karena itu, diperlukan perubahan kurikulum.
kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975.
Kurikulum 1984 memilki sebagai berikut:
a. Berorientasi kepada tujuan
institusional. Didasari dari pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar
kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus
benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum
memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
b. Pendekatan pengajaran berpusat pada
anak didik Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran
yang memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif terlibat secara fisik,
mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotorik.
c. Materi pelajaran dikemas dengan
menggunakan pendekatan spiral, spiral adalah pendekatan yang di gunakan adalah
pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
Semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
d. Menanamkan pengertian terlebih
dahulu sebelum diberikan latihan, konsep-konsep yang dipelajari siswa
harus berdasarkan pengertian. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai
media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajari.
e. Materi disajikan berdasarkan tingkat
kesiapan atau kematangan mental siswa, dan penyajian pada jenjang sekolah dasar
harus melalui pendekatan kongkrit, semikongkret, semiabstrak dan abstrak,
dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan dari
yang mudah menuju ke yang sukar, dari yang sederhana menuju ke yang kompleks.
f. Menggunakan pendekatan keterampilan
proses, keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi
tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya.Pendekatan keterampilan proses diupayakan
dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.
b) Kebijakan
Dalam Penyusunan Kurikulum 1984
Kebijakan dalam penyususnan
kurikulum 1984 adalah sebagai berikut:
1)
Adanya
perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti, kalau pada kurikulum 1975
terdapat delapan pelajaran inti, pada kurikulum 1984 terdapat enam belasa mata
pelajaran inti, Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut
adalah: Agama, Pendidikan Moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa
, Bahasa dan sastra Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi,
Kimia, Fisika, biolagi, Matematika, Bahas Inggris, Kesenian, Keterampilan,
Pendidikan Jasmani dan olah raga, Sejarah dunia dan Nasional.
2)
Penambahan
mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan dan bakat siswa.
3)
Perubahan
program jurusan kalau semula pada kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA,
yaitu IPA,IPS, Bahasa, maka dalam kurikulum 1984 jurusan di nyatakan dalam
program A dan B, program A terdiri dari:
a. A1, penekanan pada mata pelajaran
fisika
b. A2, penekanan pada mata pelajaran
Biologi
c. A3,penekanan pada mata
pelajarn Ekonomi
d. A4,penekanan pada mata pelajaran
Bahasa dan Budaya
Sedangkan program B adalah program
yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat menrjunkan siswa
langsung berkecimpung di masyarakat, Tetapi mengingat program B memerlukan
sarana sekolah yang cukup , maka program ini untuk sementara ditiadakan
Penetapan kurikulum waktu pelaksanaan Kurikulum 1984 ini
dilaksanakan secara bertahap dari kelas 1 SMA berturut – turut sampai
berikutnya di kelas yang lebih rendah
Konsep
CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.
Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada
tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.
Penolakan CBSA-pun bermunculan.
D. Kelebihan
dan Kekurangan kurikulum 1984
A.
Kelebihan
a. Siswa
menjadi lebih aktif dan kreatif .Dalam hal ini siswa pembelajaran di kondisikan
agar siswa sebagai pelaku yang akan beraktifitas secara kreatif dalam
mengembangkan materi yang akan di pelajari.
b. Guru
sebagai fasilitator akan lebih tertantang.Dalam hal ini guru adalah fasilitator
yang akan mengembangkan strategi mengajar yang lebih kreatif,karena dia wajib
menyedikan umpan umpan dalam memberikan pengertian sebelum siswa termotivasi
untuk menyelesaiakn latihan
c. Terjadi
komunikasi dua arah yang lebih representative.Dengan cara belajar siswa aktif
akan terdorong tumbuhnya diskusi yang menuntut komunikasi dua arah antara siswa
dan pendidik.
B.
Kekurangan
a. Isi
dalam muatan kurang di perhatikan .Dalam hal ini proses pembelajaran hanya
berfokus pada interaksi siswa dan pendidik sehingga sering terlupakan muatan
pelajaran yang harus di sampaikan.
b. Media
alat peraga yang masih kurang dalam menunjang pembelajaran.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Perjalanan
pendidikan dan kurikulumnya sepanjang sejarah bangsa Indonesia merdeka,
menunjukkan praktek pendidikan tidak pernah lepas dari metode uji coba kebijaksanaan
dibidang pendidikan. Begitu juga kurikuum 1984. Kurikulum ini menggambarkan
tentang kesadaran Negara kita bahwa murid kita harus lebih aktif. Agar siswa
dapat mendapatkan pembelajaran yang ada disekitar. Kelemahan yang sangat jelas
adalah kesulitan membuat media karena pada jamannya media penunjangpun masih
kurang. Tapi pada dasarnya konsep kurikulum ini sudah sangat bagus.
Pada kurikulum
ini juga sebenarnya sudah mengacu pada kebutuhan masyarakat. Tinggal
pengembangan pada akhirnya akan menyempurnakan. Sayangnya pemerintah sangat
cepat mengubah kurikulum tanpa dilakukan riset yang mendalam. Karena sampai
saat ini kurikulum yang ada hamper mirip secara konsep dasar..
B.
Saran
Hendaknya perubahan kurikulum dihindari karena hanya
akan membuat pendidikan kita semakin merosot. Karena dimana Negara lain mulai
maju dengan kurikulum yang dibangun, Negara kita masih sibuk beradaptasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Nasution, S., Azas – Azas Kurikulum,
Jakarta : Bumi Aksara, 2003.
Rahmadhi, Slamet, Masalha pendidikan di
Indonesia, Jakarta : CV Miswar, 1989.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sialahkan Ungkapkan Perasaan Kalian