Senin, 30 Maret 2015

IMPLEMENTASI FILSAFAT DI DALAM ILMU DAN INTERDISIPLINER DENGAN KEPERCAYAAN DAN AGAMA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya (kamus bahasa Indonesia online). filsafat merupakan dasar atau induk dari segala ilmu. Sebuah ilmu bisanya dibicarakan dulu dalam filsafat Penting untuk kita mengetahui apa itu filsafat.
Banyak hal yang bersangkutan dengan implementasi filsafat diantaranya ilmu pengetahuan dan agama. Ketiga hal tesebut mempunyai
hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Hubungan yang terjadi antara ketiganya dapat berupa hubungan searah maupun dua arah. Hubungan yang terjadi antara ketiga aspek tersebut bukanlah hubungan yang dapat dinilai atau dilihat hanya dalam sekali memandang saja maupun sekali belajar saja. Akan tetapi hubungan antara ketiganya ini dapat dilihat dengan jelas sekali. Bahkan dapat dikatakan hubungan antara ketiganya tersebut merupakan hubungan yang sangat penting dan perlu dikaji lebih mendalam
Maka dari itu kami di sini mencoba untuk membahas implementasi filsafat terhadap beberapa hal tesebut dengan mengacu pada referensi yang ada dan dengan pengetahuan yang kami miliki.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud filsafat?
2.      Apa yang dimaksud Ilmu dan interdisipliner?
3.      Apa yang dimaksud agama dan kepercayaan?
4.      Bagaimana implementasi  filsafat di dalam ilmu dan interdisipliner dengan kepercayaan dan agama ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud filsafat.
2.      Untuk mengetahui yang dimaksud Ilmu dan interdisipliner.
3.      Untuk mengetahui yang dimaksud agama dan kepercayaan.
4.      Untuk Mengetahui implementasi  filsafat di dalam ilmu dan interdisipliner dengan kepercayaan dan agama ?
BAB II
PEMBAHASAN\
A.    Filsafat
Filsafat secara etimologis dijelaskan oleh Dagorets D. runes (dalam Rachmat Djatun dkk, 2009) filsafat berasal dari “philein” yang berarti mencintai dan “shofia” yang berarti bijaksana,  Karena itu filsafat dia artikan mencintai kebijaksanaan. Filsafat ini akan mengajari manusia untuk menjadi manusia yang sebenarnya, yaitu manusia yang mengikuti kebenaran, mempunyai ketenangan pikiran, kepuasan, kemantapan hati, kesadaran akan arti dan tujuan hidup, gairah rohani dan keinsafan, kemudian mengaplikasikannya dalam bentuk topangan atas dunia baru, menuntun kepadanya, mengabdi kepada cinta mulia kemanusiaan, berjiwa dan bersemangat universal dan sebagainya.
Pada dasarnya filsafat merupakan cara berpikir yang sistematis, koheren, konsepsional, rasional dan mengarah pada pandangan dunia. Filsafat merupakan berpikir tentang hakekat dari segala sesuatu. Adapun alat yang dipergunakan filsafat adalah akal yang merupakan satu bagian dari rohani manusia. Keseluruhan rohani-perasaan, akal, intuisi, pikiran dan naluri atau seluruh kedirian manusia tentunya lebih ampuh dan manjur daripada sebagian dari padanya. Sedangkan keseluruhan rohani itu sendiri merupakan bagian dari manusia. Manusia merupakan makhluk yang tidak sempurna. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan dapat bersifat positif dan relatif karena bersandar pada kemampuan manusia semata, kebenaran filsafat juga kebenaran relatif, alternatif dan spekulatif, karena ia bersandar pada kemampuan akal juga. Tak ada satupun jawaban filsafat yang mutlak sempurna.

B.     Ilmu Pengetahuan dan Interdisipliner
Menurut M. Izuddin taufiq Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya (www.webmuhammadiyah.blogspot.com). Jadi Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan metodis, pendekatan yang digunakan adalah empiris-terikat dimensi ruang dan waktu serta berdasarkan kemampuan panca indra manusia, rasional dan umum. Sedang interdisipliner adalah bidang ilmu (www.kamusbahasaindonesia.org) Dalam dunia ilmu, penggunaan istilah acapkali menimbulkan kesalahpahaman, sehingga terjadi perbedaan dan perdebatan yang tidak perlu dan menyita waktu. Demikian pula halnya dengan beberapa istilah yang terkait dengan kerja sama antar disiplin ilmu. Ada empat istilah yang pengertiannya sering  tumpang tindih (over-lapping), yaitu interdispliner, multidipliner, pluridisipliner, dan transdisipliner.Untuk memperoleh klarifikasi tentang pengertian istilah-istilah tersebut di atas, The Liang Gie dalam bukunya Lintasan Sejarah Ilmu (1998:114) membuat perbedaan sebagai berikut.
Interdisciplinary science ialah ilmu antar cabang yang merupakan saling kait dari 2 cabang ilmu yang berbeda seperti: ilmu Kimia Hayati (Biochemistry) atau Ilmu Keinsinyuran Pertanian (Agricultural Engineering). Saling kait yang dimaksud dalam interdipliner ialah membangun semangat kebersamaan antar disiplin ilmu yang berbeda untuk memecahkan persoalan baru yang dipandang penting. Manakala diterapkan dalam penelitian (Interdisciplinary research), maka ilmu Filsafat sangat berpeluang bekerjasama dengan disiplin ilmu lain untuk memecahkan satu pokok persoalan yang sama-sama dipandang penting.(Wikipedia.com)
Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah selesai dipikirkan. Ia merupakan suatu hal yang tidak mutlak. Kebenaran yang dihasilkan ilmu pengetahuan bersifat relatif, positif dan terbatas. Hal ini disebabkan ilmu pengetahuan tidak mempunyai alat lain dalam menguak rahasia alam kecuali indra dan kecerdasan (otak).
Tiap cabang ilmu menghadapi soal-soal yang tidak dapat dipecahkan oleh cabang ilmu itu sendiri. Ia membutuhkan campur tangan ilmu-ilmu yang lain. Misalnya pembahasan masyarakat tidak bisa terlepas dari pembahasan sosiologi, psikologi, statistik dan lain-lain. Ilmu pengetahuan adalah teka-teki yang apabila suatu persoalan telah diselesaikan, maka timbullah soal-soal lain dari penyelesaian tersebut. Ilmu pengetahuan tidak mampu menjawab pertanyaan mengenai inti atau hakekat sesuatu secara mendalam. Ia tidak mampu megobati kerinduan dan kehausan manusia terhadap cinta mutlak dan abadi. Sebagian pertanyaan-pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh ilmu pengetahuan itu akan dijawab oleh filsafat sebagai ilmu universal..

C.    Agama dan Kepercayaan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan lingkungannya (www.kamusbahasaindonesia.org). Karena itu sesuatu yang berkaitan dengan agama menjadi persoalan yang sarat emosi, subyektivitas, kecenderungan dan kadang sifat tidak mengenal tawar menawar. Realitas ini dikatakan konsepsi tentang agama menyangkut kepentingan agama tersebut, keyakinan dan perasaan.
Agama adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan, berupa ajaran tentang ketentuan, kepercayaan, kepasrahan dan pengamalan, yang diberikan kepada makhluk yang berakal demi keselamatan dan kesejahteraanya di dunia dan akherat. Agama merupakan kebenaran mutlak karena bersumber dari Tuhan.
Manusia yang memiliki potensi akal, berkesanggupan untuk mengerti dan memahami sedikit tentang realitas kemudian mengolah dan merubah sebatas kemampuan, serta menjelajahi dunia rohaniah. Pemahaman dan penyelidikan akal terbatas pada dunia yang tampak dan hasilnya tidak sanggup memberikan kepastian. Karena itu manusia harus berhenti dari aktifitas akalnya, ketika akal telah sampai pada batasnya dan berpindah pada keimanan ketika berbicara tentang Tuhan, akherat dan sesuatu yang berada diluar kemampuan akal. Akal memberikan kebebasan kepada manusia untuk percaya dan tidak percaya tentang wujud Tuhan. Tapi agama dan perasaan mewajibkan untuk percaya bahwa Tuhan itu ada. Tuhan tidak dapat digapai oleh rasio manusia. Meskipun manusia berpikir tentang Tuhan dengan filsafat, tapi pada akhirnya harus mengakui adanya Tuhan dengan firmanNya. Jadi bisa dikatakan bahwa agama memiliki kebenaran yang mutlak.
Tuhan menciptakan manusia dengan keterbatasan akalnya, bukan berarti Tuhan mencelakakan, membingungkan atau menyengsarakan manusia, tapi justru dengan adanya keterbatasan itu akan menunjukkan adanya Yang Maha Sempurna. Tuhan memberikan jalan kebebasan terhadap kebingungan dan problematika manusia yang tidak bisa terselesaikan.
     Tuhan berkenan menurunkan wahyuNya kepada umat manusia sebagai petunjuk, cahaya, dan rahmat, agar mereka menemukan kebenaran yang hakiki dan asasi yang tidak dapat dicapai sekedar dengan akalnya. Juga agar manusia mendapat jawaban yang pasti atas persoalan-persoalan yang tidak dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan dan filsafat.

D.    Implemenasi Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan dan Interdisipliner.
Pada dasarnya filsafat merupakan induk dari segala ilmu dan dapat dikatakan bahwa semua ilmu pengetahuan pada mulanya berasal dari kajian filsafat. Filsafat merupakan sistem berpikir yang menyeluruh, maka dari itu sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri semua ilmu pengetahuan berasal dari kajian filsafat. Itulah implementasi filsafat dalam ilmu dan berbagai cabangnya. Namun setelah ilmu tersebut berkembang dengan pesatnya dan mempunyai metode dan pendekatan tersendiri dalam mencari bukti kebenarannya, maka ilmu tersebut berpisah atau memisahkan diri dari filsafat.
Garapan filsafat berbeda dengan garapan ilmu pengetahuan. Antara keduanya saling membutuhkan. Dalam kenyataan setiap ilmu vak memerlukan falsafahnya, seperti dalam ilmu pendidikan ada falsafah pendidikan, dalam ilmu hukum terdapat falsafah hukum dan dalam ilmu politik terdapat falsafah politik. Filsafat sebagai penggambaran pikiran secara radikal sanggup menembus apa-apa dibalik fakta, sehingga dapat memberikan kepuasan pada manusia. Sebab dengan demikian manusia disamping mengetahui apa yang tersurat juga mengetahui apa yang tersirat dengan daya pikirnya.
Dengan demikian menjadi lengkaplah kebutuhan manusia untuk memahami keberadaan ini dari sisi tersurat dengan jangkauan indranya dan dai sisi tersirat dengan jangkauan pikiran filosofisnya.

E.     Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan dengan Agama
Ilmu pengetahuan merupakan hasil pengolahan akal (berfikir) dan perasaan manusia tentang sesuatu yang diketahui melalui pengalaman, informasi dan perasaan. obyek ilmu pengetahuan adalah empiris, yaitu fakta-fakta empiris yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan menggunakan panca indranya. Ilmu pengetahuan mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu mempunyai sistematika, hasil yang diperoleh bersifat rasional, obyektif rasional, universal dan kumulatif. Ilmu dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, studi dan pemikiran, baik melalui pendekatan deduktif maupun induktif atau keduanya. Sumber dari segala ilmu adalah Tuhan, karena dia yang menciptakan. Fungsi ilmu adalah untuk keselamatan, kebahagiaan, pengamanan manusia dari segala sesuatu yang menyulitkan. ilmu pengetahuan sebagai hasil pengembangan daya pikir. Manusia adalah makhluk yang berpikir dari lahir sampai masuk liang lahat. Berpikir pada dasarnya adalah sebuah proses yang membuahkan ilmu pengetahuan. Penggunaan daya pikir selalu dianjurkan oleh Allah untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dikembangkan dalam rangka melaksanakan amanah Tuhan dalam mengendalikan alam dan isinya, sehingga dengan bertambahnya ilmu pengetahuan seseorang bertambah pula petunjuk Tuhan. Jadi semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang semakin ia mengetahui kedudukannya yang tinggi di hadapan Tuhan.karena itulah ilmu pengetahuan mempunyai nilai yang pragmatis apabila ilmu tersebut dapat mempertebal keimanan dan ketaqwaan seseorang dan menumbuhkan daya kreatifitas dan produktifitas sebagai hamba dan khalifah di bumi.
Dalam ajaran agama, ilmu haruslah yang rasional, sesuai dengan akal dan dapat dijangkau dengan kekuatan akal pikiran manusia. Walaupun demikian masih ada ilmu yang belum dapat dicapai oleh pikiran. Bentuk ilmu ini menunggu perkembangan atau modifikasi ilmu-ilmu sebelumnya. Implementasinya, epistimologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara kritis, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan lebih cepat dicapai bila ilmuwan memperkuat penguasaanya.
Ilmu pengetahuan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan agama, karena perkembangan masyarakat beragama serta tuntutannya dalam membangun seutuhnya sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui pendidikan.
Pada dasarnya semua ilmu tersebut berhubungan dengan agama. Agama mengatur penggunaan ilmu tersebut agar digunakan untuk kemaslahatan umat. Dan ilmu pengetahuan dikatakan bermanfaat jika dengan ilmu tersebut dapat bertambah keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada Tuhan.



F.     Implementasi Filsafat dengan Agama
Hubungan antara filsafat dengan agama sudah dicuplik sedikit di depan. Jadi pada intinya antara filsafat dengan agama tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu mencari hakekat segala sesuatu dan mencari jawaban yang tidak bisa dipecahkan dengan ilmu pengetahuan. Contohnya pencarian terhadap Tuhan atau dalam islam disebut dengan Allah. Hal itu juga dibahas dalam filsafat.
Jika suatu masalah tidak terjawab dengan ilmu pengetahuan dan filsafatpun terdiam atau memberikan jawaban dugaan, spekulasi, terkaan, sangkaan, dan perkiraan, maka manusia berada dalam kebingungan. Sebagian mereka mengambil jawaban dari instansi yang dipercayai lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan dan filsafat dan lebih menentramkan jiwa yaitu agama. Orang yang berpikir bebas tentang ketuhanan mengambil beberapa jalan, yaitu: anti Theis (mengakui Tuhan tapi ingkar), Atheisme (tidak mengakui adanya Tuhan), non theis(tidak ambil pusing tentang ada dan tidaknya Tuhan) dan Theis ( mengakui adanya Tuhan tapi belum tentu beragama).
Dalam implementasi filsafat dengan agama juga dibicarakan seperti hakekat Tuhan atau pencipta, dalam kajiannya pencipta dapat dicari dengan menggunakan akal semata tanpa bantuan wahyu. Bahkan penemuan Tuhan dengan akal dan dengan wahyu tersebut hasilnya sama saja. Hal ini mengindikasikan bahwa wahyu fungsinya memperkuat penemuan akal.
Kalau agama mencarinya dengan metode menafsirkan wahyu yang turun, sedangkan filsafat dengan berpikir secara mendalam tentang apa yang ada disekitar kita. Dalam filsafatnya ibn Tufail dijelaskan dalam cerita Hayy bin Yaqan bahwa antara filsafat dengan agama terjadi kesinambungan penemuan yaitu sama-sama menemukan Tuhan yang satu.
Persamaannya adalah sama-sama mengkaji tentang ayat Tuhan. Kalau agama mengkaji sedangkan filsafat melalui berpikir tentang alam yang ada disekitar kita. Kalau kita lihat hubungan antara keduanya ini menjadi hubungan searah yaitu sama-sama menuju kepada pencarian Tuhan dan sama-sama menemukan kebenaran tentang adanya Tuhan hanya saja jalannya berbeda.


G.    Implementasi Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan dan Agama
Dari penjabaran di atas, dapat ditimba pemahaman bahwa disamping ada kebenaran mutlak yang terdapat dalam agama dan juga diakui adanya kebenaran yang sesuai dengan kebenaran mutlak. Kebenaran tersebut merupakan hasil usaha manusia dengan akalnya. Akal adalah pemberian Tuhan yang Maha Benar, dan Tuhan menciptakannya tidaklah dengan kesia-siaan. Karena itu akal bukanlah untuk disia-siakan tetapi untuk dimanfaatkan. Jadi bisa dikatakan selain ada kebenaran mutlak yang langsung datang dari Tuhan, diakui pula keberadaan kebenaran relatif sebagai hasil budaya manusia, baik berupa kebenaran spekulatif (filsafat) maupun kebenaran positif (ilmu Pengetahuan).
Karena itu perlu adanya hubungan yang kuat antara ilmu, agama dan filsafat  untuk menelaah semua hal. Implementasi filsafat sangatlah nyata gunannya dalam ilmu pengetahuan karena dari situ terlahir banyak hal yang belum kita pahami. Yang kemudian bermanfaat untuk mempelajari agama yang kadang butuh pemahaman secara mendalam agar tidak terjadi salah tafsir dan pemahaman. Karena manusia hanya dapat hidup dengan wajar dan benar manakala ia mau mengikuti kebenaran mutlak sekaligus mengakui eksistensi dan fungsi kebenaran-kebenaran lain yang sesuai dengan kebenaran mutlak agama tersebut. Dan itu tidak hal yang bisa didapat dengan mudah. Implementasi filsafat sangat diperlukan dalam ilmu dan interdisipliner. Karena seperti yang dijelaskan diawal hubungan keduanya sangat kuat. Ketika hubungan keduanya kuat maka akan mudah juga untuk kita memahami peraturan dalam agama dan kepercayaan. Penelaahan secara filsafat akan membuat kita melihat agama dengan hal yang tersirat seperti menelaah melalui apa yang ada didunia. Dan melengkapi secara tersurat yang akan lebih dalam dipelajari oleh ilmu pengetahuan dan interdisipliner.







BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Wilayah agama, wilayah ilmu pengetahuan, dan wilayah filsafat memang berbeda. Agama mengenai soal kepercayaan dan ilmu mengenai soal pengetahuan. Pelita agama ada di hati pelita ilmu ada di otak. Meski areanya berbeda sebagaimana dijelaskan di atas, ketiganya saling berkait dan berhubungan timbal balik. Agama menetapkan tujuan, tapi ia tidak dapat mencapainya tanpa bantuan ilmu pengetahuan dan filsafat. Ilmu yang kuat dapat memperkuat keyakinan keagamaan. Agama senantiasa memotifasi pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan akan membahayakan umat manusia jika tidak dikekang dengan agama. Karena itu implementasi filsafat dalam semua hal sangat diperlukan karena untuk jalan dalam menelaah ilmu yang berguna untuk memperdalam pemahaman tentang agama. Serta sebagai dasar untuk mempelajari Ilmu dan Agama.

B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kami memberikan saran sebagai berikut:
1.      Implementasi filsafat dalam ilmu hendaknya slalu dijaga dan perlu dipahami agar batasan – batasan antara ilmu dan filsafah dapat dibedakan.
2.      Dalam penerapannya dengan agama ilmu dan filsafat hendaknya perlu memahami bahwa agama adalah gabungan antara keduanya dan terkadang memang perlu penalaran secara ilmu dan filsafat secara mendalam.
3.      Kearifan dalam berkomunikasi dengan ilmuwan dari disiplin ilmu lain mutlak diperlukan, sehingga faktor mau menang sendiri (solipsistic) harus dihindarkan sejauh mungkin.






DAFTAR PUSTAKA

www.webmuhammadiyah.blogspot.com, diakses pada hari senin, 29 September 2014.
www,kamusbahasaindonesia.org, diakses pada hari senin, 29 september 2014.
Rachmat Djatun, dkk. 2009. Pengantar ilmu pendidikan. Surakarta. Inti Media Surakarta.
www.wikipedia.com, diakses pada hari senin, 29 September 2014.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sialahkan Ungkapkan Perasaan Kalian