BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya (kamus bahasa
Indonesia online). filsafat merupakan dasar atau induk dari segala ilmu. Sebuah
ilmu bisanya dibicarakan dulu dalam filsafat Penting untuk kita mengetahui apa
itu filsafat.
Banyak hal yang bersangkutan dengan implementasi filsafat
diantaranya ilmu pengetahuan dan agama. Ketiga hal tesebut mempunyai
hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Hubungan yang terjadi antara ketiganya dapat berupa hubungan searah maupun dua arah. Hubungan yang terjadi antara ketiga aspek tersebut bukanlah hubungan yang dapat dinilai atau dilihat hanya dalam sekali memandang saja maupun sekali belajar saja. Akan tetapi hubungan antara ketiganya ini dapat dilihat dengan jelas sekali. Bahkan dapat dikatakan hubungan antara ketiganya tersebut merupakan hubungan yang sangat penting dan perlu dikaji lebih mendalam
hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Hubungan yang terjadi antara ketiganya dapat berupa hubungan searah maupun dua arah. Hubungan yang terjadi antara ketiga aspek tersebut bukanlah hubungan yang dapat dinilai atau dilihat hanya dalam sekali memandang saja maupun sekali belajar saja. Akan tetapi hubungan antara ketiganya ini dapat dilihat dengan jelas sekali. Bahkan dapat dikatakan hubungan antara ketiganya tersebut merupakan hubungan yang sangat penting dan perlu dikaji lebih mendalam
Maka dari itu kami di sini mencoba untuk membahas implementasi
filsafat terhadap beberapa hal tesebut dengan mengacu pada referensi yang ada
dan dengan pengetahuan yang kami miliki.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud filsafat?
2. Apa
yang dimaksud Ilmu dan interdisipliner?
3. Apa
yang dimaksud agama dan kepercayaan?
4. Bagaimana
implementasi filsafat di dalam ilmu dan
interdisipliner dengan kepercayaan dan agama ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud filsafat.
2. Untuk
mengetahui yang dimaksud Ilmu dan interdisipliner.
3. Untuk
mengetahui yang dimaksud agama dan kepercayaan.
4. Untuk
Mengetahui implementasi filsafat di
dalam ilmu dan interdisipliner dengan kepercayaan dan agama ?
BAB
II
PEMBAHASAN\
A.
Filsafat
Filsafat secara etimologis dijelaskan oleh Dagorets D. runes
(dalam Rachmat Djatun dkk, 2009) filsafat berasal dari “philein” yang berarti
mencintai dan “shofia” yang berarti bijaksana,
Karena itu filsafat dia artikan mencintai kebijaksanaan. Filsafat ini
akan mengajari manusia untuk menjadi manusia yang sebenarnya, yaitu manusia
yang mengikuti kebenaran, mempunyai ketenangan pikiran, kepuasan, kemantapan
hati, kesadaran akan arti dan tujuan hidup, gairah rohani dan keinsafan,
kemudian mengaplikasikannya dalam bentuk topangan atas dunia baru, menuntun
kepadanya, mengabdi kepada cinta mulia kemanusiaan, berjiwa dan bersemangat
universal dan sebagainya.
Pada dasarnya filsafat merupakan cara berpikir yang sistematis,
koheren, konsepsional, rasional dan mengarah pada pandangan dunia. Filsafat
merupakan berpikir tentang hakekat dari segala sesuatu. Adapun alat yang
dipergunakan filsafat adalah akal yang merupakan satu bagian dari rohani
manusia. Keseluruhan rohani-perasaan, akal, intuisi, pikiran dan naluri atau
seluruh kedirian manusia tentunya lebih ampuh dan manjur daripada sebagian dari
padanya. Sedangkan keseluruhan rohani itu sendiri merupakan bagian dari
manusia. Manusia merupakan makhluk yang tidak sempurna. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan dapat bersifat positif dan relatif
karena bersandar pada kemampuan manusia semata, kebenaran filsafat juga
kebenaran relatif, alternatif dan spekulatif, karena ia bersandar pada
kemampuan akal juga. Tak ada satupun jawaban filsafat yang mutlak sempurna.
B.
Ilmu
Pengetahuan dan Interdisipliner
Menurut M. Izuddin taufiq Ilmu adalah penelusuran data atau
informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan
menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya (www.webmuhammadiyah.blogspot.com). Jadi Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dan metodis, pendekatan yang digunakan adalah empiris-terikat
dimensi ruang dan waktu serta berdasarkan kemampuan panca indra manusia,
rasional dan umum. Sedang interdisipliner adalah bidang ilmu (www.kamusbahasaindonesia.org) Dalam dunia
ilmu, penggunaan istilah acapkali menimbulkan
kesalahpahaman, sehingga terjadi perbedaan dan perdebatan yang tidak perlu dan
menyita waktu. Demikian pula halnya dengan beberapa istilah yang terkait dengan
kerja sama antar disiplin ilmu. Ada empat istilah yang pengertiannya
sering tumpang tindih (over-lapping), yaitu interdispliner,
multidipliner, pluridisipliner, dan transdisipliner.Untuk memperoleh
klarifikasi tentang pengertian istilah-istilah tersebut di atas, The Liang Gie
dalam bukunya Lintasan Sejarah Ilmu (1998:114) membuat
perbedaan sebagai berikut.
Interdisciplinary science ialah ilmu
antar cabang yang merupakan saling kait dari 2 cabang ilmu yang
berbeda seperti: ilmu Kimia Hayati (Biochemistry) atau Ilmu Keinsinyuran
Pertanian (Agricultural Engineering). Saling kait yang dimaksud dalam
interdipliner ialah membangun semangat kebersamaan antar disiplin ilmu yang
berbeda untuk memecahkan persoalan baru yang dipandang penting. Manakala
diterapkan dalam penelitian (Interdisciplinary research), maka ilmu
Filsafat sangat berpeluang bekerjasama dengan disiplin ilmu lain untuk
memecahkan satu pokok persoalan yang sama-sama dipandang penting.(Wikipedia.com)
Ilmu
pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah selesai dipikirkan. Ia merupakan suatu
hal yang tidak mutlak. Kebenaran yang dihasilkan ilmu pengetahuan bersifat
relatif, positif dan terbatas. Hal ini disebabkan ilmu pengetahuan tidak
mempunyai alat lain dalam menguak rahasia alam kecuali indra dan kecerdasan
(otak).
Tiap cabang ilmu menghadapi soal-soal yang tidak dapat
dipecahkan oleh cabang ilmu itu sendiri. Ia membutuhkan campur tangan ilmu-ilmu
yang lain. Misalnya pembahasan masyarakat tidak bisa terlepas dari pembahasan
sosiologi, psikologi, statistik dan lain-lain. Ilmu pengetahuan adalah
teka-teki yang apabila suatu persoalan telah diselesaikan, maka timbullah
soal-soal lain dari penyelesaian tersebut. Ilmu pengetahuan tidak mampu
menjawab pertanyaan mengenai inti atau hakekat sesuatu secara mendalam. Ia
tidak mampu megobati kerinduan dan kehausan manusia terhadap cinta mutlak dan
abadi. Sebagian pertanyaan-pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh ilmu
pengetahuan itu akan dijawab oleh filsafat sebagai ilmu universal..
C.
Agama
dan Kepercayaan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan lingkungannya
(www.kamusbahasaindonesia.org). Karena itu sesuatu yang berkaitan dengan agama
menjadi persoalan yang sarat emosi, subyektivitas, kecenderungan dan kadang
sifat tidak mengenal tawar menawar. Realitas ini dikatakan konsepsi tentang
agama menyangkut kepentingan agama tersebut, keyakinan dan perasaan.
Agama adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan, berupa ajaran
tentang ketentuan, kepercayaan, kepasrahan dan pengamalan, yang diberikan
kepada makhluk yang berakal demi keselamatan dan kesejahteraanya di dunia dan
akherat. Agama merupakan kebenaran mutlak karena bersumber dari Tuhan.
Manusia yang memiliki potensi akal, berkesanggupan untuk
mengerti dan memahami sedikit tentang realitas kemudian mengolah dan merubah
sebatas kemampuan, serta menjelajahi dunia rohaniah. Pemahaman dan penyelidikan
akal terbatas pada dunia yang tampak dan hasilnya tidak sanggup memberikan
kepastian. Karena itu manusia harus berhenti dari aktifitas akalnya, ketika
akal telah sampai pada batasnya dan berpindah pada keimanan ketika berbicara
tentang Tuhan, akherat dan sesuatu yang berada diluar kemampuan akal. Akal
memberikan kebebasan kepada manusia untuk percaya dan tidak percaya tentang
wujud Tuhan. Tapi agama dan perasaan mewajibkan untuk percaya bahwa Tuhan itu
ada. Tuhan tidak dapat digapai oleh rasio manusia. Meskipun manusia berpikir
tentang Tuhan dengan filsafat, tapi pada akhirnya harus mengakui adanya Tuhan
dengan firmanNya. Jadi bisa dikatakan bahwa agama memiliki kebenaran yang
mutlak.
Tuhan menciptakan manusia dengan keterbatasan akalnya, bukan
berarti Tuhan mencelakakan, membingungkan atau menyengsarakan manusia, tapi
justru dengan adanya keterbatasan itu akan menunjukkan adanya Yang Maha
Sempurna. Tuhan memberikan jalan kebebasan terhadap kebingungan dan
problematika manusia yang tidak bisa terselesaikan.
Tuhan berkenan menurunkan wahyuNya kepada
umat manusia sebagai petunjuk, cahaya, dan rahmat, agar mereka menemukan
kebenaran yang hakiki dan asasi yang tidak dapat dicapai sekedar dengan
akalnya. Juga agar manusia mendapat jawaban yang pasti atas persoalan-persoalan
yang tidak dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan dan filsafat.
D.
Implemenasi Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan dan Interdisipliner.
Pada dasarnya filsafat merupakan induk dari segala ilmu dan
dapat dikatakan bahwa semua ilmu pengetahuan pada mulanya berasal dari kajian
filsafat. Filsafat merupakan sistem berpikir yang menyeluruh, maka dari itu
sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri semua ilmu pengetahuan berasal dari
kajian filsafat. Itulah implementasi filsafat dalam ilmu dan berbagai
cabangnya. Namun setelah ilmu tersebut berkembang dengan pesatnya dan mempunyai
metode dan pendekatan tersendiri dalam mencari bukti kebenarannya, maka ilmu
tersebut berpisah atau memisahkan diri dari filsafat.
Garapan filsafat berbeda dengan garapan ilmu pengetahuan. Antara
keduanya saling membutuhkan. Dalam kenyataan setiap ilmu vak memerlukan
falsafahnya, seperti dalam ilmu pendidikan ada falsafah pendidikan, dalam ilmu
hukum terdapat falsafah hukum dan dalam ilmu politik terdapat falsafah politik.
Filsafat sebagai penggambaran pikiran secara radikal sanggup menembus apa-apa
dibalik fakta, sehingga dapat memberikan kepuasan pada manusia. Sebab dengan
demikian manusia disamping mengetahui apa yang tersurat juga mengetahui apa
yang tersirat dengan daya pikirnya.
Dengan demikian menjadi lengkaplah kebutuhan manusia untuk
memahami keberadaan ini dari sisi tersurat dengan jangkauan indranya dan dai
sisi tersirat dengan jangkauan pikiran filosofisnya.
E.
Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan dengan Agama
Ilmu pengetahuan merupakan hasil pengolahan akal (berfikir) dan
perasaan manusia tentang sesuatu yang diketahui melalui pengalaman, informasi
dan perasaan. obyek ilmu pengetahuan adalah empiris, yaitu fakta-fakta empiris
yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan menggunakan panca indranya. Ilmu
pengetahuan mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu mempunyai sistematika,
hasil yang diperoleh bersifat rasional, obyektif rasional, universal dan
kumulatif. Ilmu dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, studi dan pemikiran,
baik melalui pendekatan deduktif maupun induktif atau keduanya. Sumber dari
segala ilmu adalah Tuhan, karena dia yang menciptakan. Fungsi ilmu adalah untuk
keselamatan, kebahagiaan, pengamanan manusia dari segala sesuatu yang
menyulitkan. ilmu pengetahuan sebagai hasil pengembangan daya pikir. Manusia
adalah makhluk yang berpikir dari lahir sampai masuk liang lahat. Berpikir pada
dasarnya adalah sebuah proses yang membuahkan ilmu pengetahuan. Penggunaan daya
pikir selalu dianjurkan oleh Allah untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dikembangkan dalam rangka melaksanakan amanah Tuhan
dalam mengendalikan alam dan isinya, sehingga dengan bertambahnya ilmu
pengetahuan seseorang bertambah pula petunjuk Tuhan. Jadi semakin tinggi ilmu
pengetahuan seseorang semakin ia mengetahui kedudukannya yang tinggi di hadapan
Tuhan.karena itulah ilmu pengetahuan mempunyai nilai yang pragmatis apabila
ilmu tersebut dapat mempertebal keimanan dan ketaqwaan seseorang dan
menumbuhkan daya kreatifitas dan produktifitas sebagai hamba dan khalifah di
bumi.
Dalam ajaran agama, ilmu haruslah yang rasional, sesuai dengan
akal dan dapat dijangkau dengan kekuatan akal pikiran manusia. Walaupun
demikian masih ada ilmu yang belum dapat dicapai oleh pikiran. Bentuk ilmu ini menunggu
perkembangan atau modifikasi ilmu-ilmu sebelumnya. Implementasinya,
epistimologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara kritis, sehingga
perkembangan ilmu pengetahuan lebih cepat dicapai bila ilmuwan memperkuat
penguasaanya.
Ilmu pengetahuan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dengan
pendidikan agama, karena perkembangan masyarakat beragama serta tuntutannya
dalam membangun seutuhnya sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu
pengetahuan yang dicerna melalui pendidikan.
Pada dasarnya semua ilmu tersebut berhubungan dengan agama.
Agama mengatur penggunaan ilmu tersebut agar digunakan untuk kemaslahatan umat.
Dan ilmu pengetahuan dikatakan bermanfaat jika dengan ilmu tersebut dapat
bertambah keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada Tuhan.
F.
Implementasi Filsafat dengan Agama
Hubungan antara filsafat dengan agama sudah dicuplik sedikit di
depan. Jadi pada intinya antara filsafat dengan agama tersebut mempunyai tujuan
yang sama yaitu mencari hakekat segala sesuatu dan mencari jawaban yang tidak
bisa dipecahkan dengan ilmu pengetahuan. Contohnya pencarian terhadap Tuhan
atau dalam islam disebut dengan Allah. Hal itu juga dibahas dalam filsafat.
Jika suatu masalah tidak terjawab dengan ilmu pengetahuan dan
filsafatpun terdiam atau memberikan jawaban dugaan, spekulasi, terkaan,
sangkaan, dan perkiraan, maka manusia berada dalam kebingungan. Sebagian mereka
mengambil jawaban dari instansi yang dipercayai lebih tinggi daripada ilmu
pengetahuan dan filsafat dan lebih menentramkan jiwa yaitu agama. Orang yang
berpikir bebas tentang ketuhanan mengambil beberapa jalan, yaitu: anti Theis
(mengakui Tuhan tapi ingkar), Atheisme (tidak mengakui adanya Tuhan), non
theis(tidak ambil pusing tentang ada dan tidaknya Tuhan) dan Theis ( mengakui
adanya Tuhan tapi belum tentu beragama).
Dalam implementasi filsafat dengan agama juga dibicarakan seperti
hakekat Tuhan atau pencipta, dalam kajiannya pencipta dapat dicari dengan
menggunakan akal semata tanpa bantuan wahyu. Bahkan penemuan Tuhan dengan akal
dan dengan wahyu tersebut hasilnya sama saja. Hal ini mengindikasikan bahwa
wahyu fungsinya memperkuat penemuan akal.
Kalau agama mencarinya dengan metode menafsirkan wahyu yang
turun, sedangkan filsafat dengan berpikir secara mendalam tentang apa yang ada
disekitar kita. Dalam filsafatnya ibn Tufail dijelaskan dalam cerita Hayy bin
Yaqan bahwa antara filsafat dengan agama terjadi kesinambungan penemuan yaitu
sama-sama menemukan Tuhan yang satu.
Persamaannya adalah sama-sama mengkaji tentang ayat Tuhan. Kalau
agama mengkaji sedangkan filsafat melalui berpikir tentang alam yang ada
disekitar kita. Kalau kita lihat hubungan antara keduanya ini menjadi hubungan
searah yaitu sama-sama menuju kepada pencarian Tuhan dan sama-sama menemukan
kebenaran tentang adanya Tuhan hanya saja jalannya berbeda.
G.
Implementasi Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan dan Agama
Dari penjabaran di atas, dapat ditimba pemahaman bahwa disamping
ada kebenaran mutlak yang terdapat dalam agama dan juga diakui adanya kebenaran
yang sesuai dengan kebenaran mutlak. Kebenaran tersebut merupakan hasil usaha
manusia dengan akalnya. Akal adalah pemberian Tuhan yang Maha Benar, dan Tuhan
menciptakannya tidaklah dengan kesia-siaan. Karena itu akal bukanlah untuk
disia-siakan tetapi untuk dimanfaatkan. Jadi bisa dikatakan selain ada
kebenaran mutlak yang langsung datang dari Tuhan, diakui pula keberadaan
kebenaran relatif sebagai hasil budaya manusia, baik berupa kebenaran
spekulatif (filsafat) maupun kebenaran positif (ilmu Pengetahuan).
Karena itu perlu adanya hubungan yang kuat antara ilmu, agama
dan filsafat untuk menelaah semua hal.
Implementasi filsafat sangatlah nyata gunannya dalam ilmu pengetahuan karena
dari situ terlahir banyak hal yang belum kita pahami. Yang kemudian bermanfaat
untuk mempelajari agama yang kadang butuh pemahaman secara mendalam agar tidak
terjadi salah tafsir dan pemahaman. Karena manusia hanya dapat hidup dengan
wajar dan benar manakala ia mau mengikuti kebenaran mutlak sekaligus mengakui
eksistensi dan fungsi kebenaran-kebenaran lain yang sesuai dengan kebenaran
mutlak agama tersebut. Dan itu tidak hal yang bisa didapat dengan mudah.
Implementasi filsafat sangat diperlukan dalam ilmu dan interdisipliner. Karena
seperti yang dijelaskan diawal hubungan keduanya sangat kuat. Ketika hubungan
keduanya kuat maka akan mudah juga untuk kita memahami peraturan dalam agama
dan kepercayaan. Penelaahan secara filsafat akan membuat kita melihat agama
dengan hal yang tersirat seperti menelaah melalui apa yang ada didunia. Dan
melengkapi secara tersurat yang akan lebih dalam dipelajari oleh ilmu
pengetahuan dan interdisipliner.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Wilayah agama, wilayah ilmu pengetahuan, dan wilayah filsafat
memang berbeda. Agama mengenai soal kepercayaan dan ilmu mengenai soal
pengetahuan. Pelita agama ada di hati pelita ilmu ada di otak. Meski areanya
berbeda sebagaimana dijelaskan di atas, ketiganya saling berkait dan
berhubungan timbal balik. Agama menetapkan tujuan, tapi ia tidak dapat
mencapainya tanpa bantuan ilmu pengetahuan dan filsafat. Ilmu yang kuat dapat
memperkuat keyakinan keagamaan. Agama senantiasa memotifasi pengembangan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan akan membahayakan umat manusia jika tidak
dikekang dengan agama. Karena itu implementasi filsafat dalam semua hal sangat
diperlukan karena untuk jalan dalam menelaah ilmu yang berguna untuk
memperdalam pemahaman tentang agama. Serta sebagai dasar untuk mempelajari Ilmu
dan Agama.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kami memberikan saran sebagai
berikut:
1. Implementasi
filsafat dalam ilmu hendaknya slalu dijaga dan perlu dipahami agar batasan –
batasan antara ilmu dan filsafah dapat dibedakan.
2. Dalam
penerapannya dengan agama ilmu dan filsafat hendaknya perlu memahami bahwa
agama adalah gabungan antara keduanya dan terkadang memang perlu penalaran
secara ilmu dan filsafat secara mendalam.
3. Kearifan
dalam berkomunikasi dengan ilmuwan dari disiplin ilmu lain mutlak diperlukan,
sehingga faktor mau menang sendiri (solipsistic) harus dihindarkan
sejauh mungkin.
DAFTAR
PUSTAKA
www.webmuhammadiyah.blogspot.com,
diakses pada hari senin, 29 September 2014.
www,kamusbahasaindonesia.org, diakses pada hari
senin, 29 september 2014.
Rachmat
Djatun, dkk. 2009. Pengantar ilmu
pendidikan. Surakarta. Inti Media
Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sialahkan Ungkapkan Perasaan Kalian