Jamaah shalat jum’at yang berbahagia
Pada sholat jum’at ini saya akan
menyampaikan sebuah cerita yang mana semoga kita bisa mengambil hikmah dari
cerita ini.cerita ini berjudul “Terimakasih anakku”
Pada suatu desa tinggalah seorang pemuda
yang sangat rajin menuntut ilmu,rajin berangkat kesekolah, disekolah dia slalu
mendaptkan prestasi yang tinggi. Dia yatim ketika masih kandungan. Setiap hari
dia rajin sekali belajar. Tapi dia Cuma kurang satu hal. Dia kasar kepada orang
tuanya.
Setiap hari sang ibu bangun pagi untuk
menanank nasi dan
berjualan dipasar. Pulang siang hari dengan sangat lelah dan sore beliau sudah mulai menyiapkan lagi barang dagangan untuk dijual besok. diam – diam beliau ternyata punya penyakit jantung.beliau tidak mau membuat anaknya tidak fokus ujiannya.
berjualan dipasar. Pulang siang hari dengan sangat lelah dan sore beliau sudah mulai menyiapkan lagi barang dagangan untuk dijual besok. diam – diam beliau ternyata punya penyakit jantung.beliau tidak mau membuat anaknya tidak fokus ujiannya.
Pada suatu hari sang ibu sangat
capek,beliau ingin sekali dibantu anaknya. Sang anak baru pulang sekolah dan
tiduran sambil melihat tivi,..sang ibu memanggil “naak...tolong bantu ibu,..ibu
sangat capek,,,dada ibu sesak”,..lalu sang anak menjawab “ibu tidak lihat saya
capek baru pulang sekolah!!,....saya ingin tiduran sebentar!!!!”,,..sang ibu
dengan suara semakin lemah berusaha meminta bantuan kembali
“naaaak,,,,tolonglah ibu,..ini sangat berat,..ibu capek,..tolong sekali ini
saja naak..”...sang anak menjawab kembali “alah ibu ini tidak tau anak mu ini
capek..tugasku banyak,,setiap hari pulang siang begini,ibu tidak
pengertian!!”kata sang anak sambil keluar rumah ingin pergi bermain lagi.
Sang ibu sangat sedih mendengar kata –
kata sang anak,,dengan keadaan sudah sangat lelah kemudian istirahat ditempat
tidur,..lalu kemudian sang ibu terkena serangan jantung dan kemudian meninggal
ditempat tidur...
Kemudian sang anak diberitahu oleh tetangganya kemudian terkejut dan
berlari pulang..melihat ibunya yang terbaring meninggal..dia menyesal...dia
menangis...karena tidak bisa membantu beliau...dia menyesal karena membentak
ibunya,,setiap malam dia menangis ,.suatu hari ketika dia merapikan barang –
barang ibunya dia menemukan secarik surat dar ibunya yang berisi Anakku..
jika kamu memiliki
waktu luang, aku harap kita bisa berbicara, bahkan untuk beberapa menit..
Aku slalu sendiri
sepanjang waktu, dan tidak memiliki seseorang pun untuk diajak bicara
Aku tau kamu sibuk dgn
pekerjaan..
aku mohon berikan aku
waktu untuk bersamamu..aku sendiri setiap waktu tidak ada teman untuk diajak
berbicara.
Apakah kamu ingat
ketika kamu masih kecil..?
Aku slalu mendengarkan
apapun yg kamu ceritakan tentang mainanmu
Ketika saatnya tiba...
Dan aku hanya bisa terbaring.. sakit dan sakit..
Aku harap kamu
memiliki kesabaran untuk merawatku, selama beberapa saat terakhir dlm hidupku
Aku mungkin tidak akan
bertahan lebih lama..
Ketika waktu
kematianku, datang..
Aku harap kamu
memegang tanganku dan memberikanku kekuatan untuk menghadapi kematian..
Dan jangan khawatir..
Ketika aku bertemu dgn Sang Pencipta.. Aku akan berbisik pada-Nya..
Untuk slalu memberikan
BERKAH padamu.. Karena kamu mencintai dan membuat bangga Bunda dan
Ayahmu..
Terima kasih atas
sgala Perhatianmu, nak.. Ibu mencintaimu.. Dengan kasih yg berlimpah
Kemudiansetelah membaca
sang anak menjadi semakin menyesal dan mendoakan sang ibu agar beliau diampuni
dosa – dosanya oleh Alloh SWT.
Dari cerita diatas bisa dilihat bahwa kita haruslah
selalu belaku baik kepada orang tua kita agar kita tidak menyesal dikemudian
hari ketika kita kehilangan beliau.Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam juga telah menyebutkan besarnya keutamaan berbakti kepada
orangtua. Dalam suatu hadist dijelaskan
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلّيْهِ
وَسَلَّمَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى
وَقْتِهَا. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قَالَ: ثُمَّ
أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ
Aku bertanya kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.”
Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti
kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhari dan
Muslim)
Dari ayat-ayat dan hadits di atas serta
yang lainnya, seseorang akan memahami dengan jelas betapa tinggi dan mulianya
amalan berbakti kepada orangtua.
Jamaah shalat jum’at yang berbahagia
Berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah
terbatas pada saat keduanya masih hidup. Bahkan, di saat keduanya sudah
meninggal dunia pun, berbuat baik kepadanya masih bisa dilakukan.yaitu dengan
slalu mendoakan dan berbuat baik dengan keluarga beliau
إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ صِلَةَ
الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
“Sesungguhnya, termasuk dari perbuatan
paling baik dalam berbakti kepada orang tua adalah seseorang berbuat baik
kepada keluarga orang yang dicintai (teman) ayahnya.” (H.R. Muslim)
betapa luasnya kesempatan untuk berbakti
kepada orangtua. Apakah kita akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalankan
kewajiban yang mulia ini? Lihatlah pula betapa besarnya semangat para sahabat
dalam menjalankan kewajiban berbakti kepada orang tua. Maka bagaimanakah dengan
kita? Sudahkah kita membuat mereka bangga?Apakah kita membuat mereka kecewa dan
menyia – nyiakannya??apakan kita sudah jadi anak yang berbakti?
Seseorang yang berbuat baik kepada
orangtuanya maka dia akan mendapatkan balasan yang sangat besar dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala bukan hanya di akhirat kelak, namun juga di dunia. Di
antaranya adalah bahwa orang-orang yang berbuat baik kepada orang tuanya, maka
akan berbuat baik pula anak-anaknya kepadanya. Karena sebagaimana yang
ditunjukkan oleh dalil-dalil yang syar’i bahwa balasan seseorang adalah sesuai
dengan perbuatan yang dilakukannya. Di samping itu, seseorang yang berbuat baik
kepada orang tua juga akan diberi jalan keluar dari kesulitan yang menimpanya.
Begitu pula di antara balasan bagi seseorang yang berbuat baik kepada
orangtuanya adalah akan dimudahkannya dirinya dalam mencari rezeki dan
dipanjangkan umurnya. Sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ
رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa senang untuk diluaskan
rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah rahimnya.” (H.R.
Muslim)
Berbakti kepada orang tua masuk ke dalam
keumuman hadits ini karena termasuk penunaian silaturahim, dan bahkan
silaturahim yang paling tinggi adalah menghubungi orang tua. Akhirnya,
mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memberikan taufik-Nya
kepada kita semua untuk bisa berbakti kepada orangtua..
KHUTBAH KEDUA
Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Setelah kita mengetahui betapa tinggi dan
mulianya amalan berbakti kepada orang tua, maka tentu saja tidak semestinya
bagi kita untuk menganggap remeh amalan ini. Apalagi Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menjalankan
kewajiban ini di saat yang sangat sulit untuk dijalankan. Yaitu di saat orang
tua telah berusia lanjut, yang dalam usia tersebut tentunya orang tua dalam
keadaan semakin lemah badan dan cara berpikirnya, sehingga bisa membuat seorang
anak akan merasa capai dalam mengurusinya. Dalam keadaan demikian, seorang anak
bisa terkena rasa bosan dan bahkan jengkel dengan perkataan maupun perbuatan
yang dilakukan oleh orangtua. Namun, dalam keadaan yang demikian pun seorang
anak harus bersabar dan tidak menyakiti orangtuanya dalam bentuk apapun. Hal
ini tentu menunjukkan betapa ditekankannya kewajiban ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang
hamba-hamba-Nya menyakiti orang tua, meskipun dengan ucapan yang hanya
menunjukkan kekesalan. Maka perbuatan menyakiti yang lebih dari itu lebih besar
dosanya. Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga
memerintahkan agar seorang anak berbuat baik kepada orangtuanya. Yaitu dengan
mengucapkan tutur kata yang sopan dengan merendahkan diri di hadapannya serta
mendoakan kebaikan untuk keduanya.
Jamaah shalat jum’at yang berbahagia,
Akhirnya, marilah kita berupaya untuk
memperbaiki diri dalam menjalankan kewajiban kita kepada orang tua. Marilah kita
senantiasa mengingat betapa tingginya amalan ini di sisi Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan betapa besarnya pengorbanan orang tua kepada kita terlebih di
saat masih dalam kandungan dan saat persalinan, serta setelah dilahirkan
sebagai seorang bayi. Kedua orang tua telah mengerahkan tenaga dan pikirannya,
serta hartanya untuk merawat kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita
untuk berbakti kepadanya. Siapapun orang tua kita dan bagaimanapun keadaan
orang tua kita. Apakah mereka orang yang miskin, cacat dan tidak berpangkat
atau bahkan seandainya keduanya belum mendapatkan hidayah sehingga masih dalam
keadaan kafir, berbuat bid’ah, atau terjatuh pada kemaksiatan lainnya. Hal
tersebut tidaklah membuat gugurnya kewajiban kita dalam berbakti kepada orangtuanya.
Bahkan, seseorang harus tetap berkata yang baik dan tidak menyombongkan
dirinya, baik dengan harta dan kedudukannya, serta ilmunya di hadapan orang
tuanya. Namun, dia harus berusaha membantu keperluan keduanya selama tidak
melanggar syariat dan berusaha untuk menjadi sebab turunnya hidayah Allah Subhanahu
wa Ta’ala kepada keduanya.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberikan kemudahan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua, serta
memberikan kepada kita kemudahan untuk senantiasa ikhlas dalam menjalankannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sialahkan Ungkapkan Perasaan Kalian