Senin, 28 Oktober 2013

khutbah jum'at tentang orang tua




Jamaah shalat jum’at yang berbahagia
Pada sholat jum’at ini saya akan menyampaikan sebuah cerita yang mana semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita ini.cerita ini berjudul “Terimakasih anakku”
Pada suatu desa tinggalah seorang pemuda yang sangat rajin menuntut ilmu,rajin berangkat kesekolah, disekolah dia slalu mendaptkan prestasi yang tinggi. Dia yatim ketika masih kandungan. Setiap hari dia rajin sekali belajar. Tapi dia Cuma kurang satu hal. Dia kasar kepada orang tuanya.
Setiap hari sang ibu bangun pagi untuk menanank nasi dan
berjualan dipasar. Pulang siang hari dengan sangat lelah dan sore beliau sudah mulai menyiapkan  lagi barang dagangan untuk dijual besok. diam – diam beliau ternyata punya penyakit jantung.beliau tidak mau membuat anaknya tidak fokus ujiannya.
Pada suatu hari sang ibu sangat capek,beliau ingin sekali dibantu anaknya. Sang anak baru pulang sekolah dan tiduran sambil melihat tivi,..sang ibu memanggil “naak...tolong bantu ibu,..ibu sangat capek,,,dada ibu sesak”,..lalu sang anak menjawab “ibu tidak lihat saya capek baru pulang sekolah!!,....saya ingin tiduran sebentar!!!!”,,..sang ibu dengan suara semakin lemah berusaha meminta bantuan kembali “naaaak,,,,tolonglah ibu,..ini sangat berat,..ibu capek,..tolong sekali ini saja naak..”...sang anak menjawab kembali “alah ibu ini tidak tau anak mu ini capek..tugasku banyak,,setiap hari pulang siang begini,ibu tidak pengertian!!”kata sang anak sambil keluar rumah ingin pergi bermain lagi.
Sang ibu sangat sedih mendengar kata – kata sang anak,,dengan keadaan sudah sangat lelah kemudian istirahat ditempat tidur,..lalu kemudian sang ibu terkena serangan jantung dan kemudian meninggal ditempat tidur...
Kemudian sang anak diberitahu oleh tetangganya kemudian terkejut dan berlari pulang..melihat ibunya yang terbaring meninggal..dia menyesal...dia menangis...karena tidak bisa membantu beliau...dia menyesal karena membentak ibunya,,setiap malam dia menangis ,.suatu hari ketika dia merapikan barang – barang ibunya dia menemukan secarik surat dar ibunya yang berisi Anakku..
jika kamu memiliki waktu luang, aku harap kita bisa berbicara, bahkan untuk beberapa menit..
Aku slalu sendiri sepanjang waktu, dan tidak memiliki seseorang pun untuk diajak bicara
Aku tau kamu sibuk dgn pekerjaan..
aku mohon berikan aku waktu untuk bersamamu..aku sendiri setiap waktu tidak ada teman untuk diajak berbicara.
Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil..? 
Aku slalu mendengarkan apapun yg kamu ceritakan tentang mainanmu
Ketika saatnya tiba... Dan aku hanya bisa terbaring.. sakit dan sakit.. 
Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku, selama beberapa saat terakhir dlm hidupku
Aku mungkin tidak akan bertahan lebih lama.. 
Ketika waktu kematianku, datang..
Aku harap kamu memegang tanganku dan memberikanku kekuatan untuk menghadapi kematian..
Dan jangan khawatir.. Ketika aku bertemu dgn Sang Pencipta.. Aku akan berbisik pada-Nya..
Untuk slalu memberikan BERKAH  padamu.. Karena kamu mencintai dan membuat bangga Bunda dan Ayahmu..
Terima kasih atas sgala Perhatianmu, nak.. Ibu mencintaimu.. Dengan kasih yg berlimpah 

Kemudiansetelah membaca sang anak menjadi semakin menyesal dan mendoakan sang ibu agar beliau diampuni dosa – dosanya oleh Alloh SWT.
Dari cerita diatas bisa dilihat bahwa kita haruslah selalu belaku baik kepada orang tua kita agar kita tidak menyesal dikemudian hari  ketika kita kehilangan beliau.Nabi  Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menyebutkan besarnya keutamaan berbakti kepada orangtua. Dalam suatu hadist dijelaskan
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلّيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ
Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari ayat-ayat dan hadits di atas serta yang lainnya, seseorang akan memahami dengan jelas betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orangtua.
Jamaah shalat jum’at yang berbahagia
Berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah terbatas pada saat keduanya masih hidup. Bahkan, di saat keduanya sudah meninggal dunia pun, berbuat baik kepadanya masih bisa dilakukan.yaitu dengan slalu mendoakan dan berbuat baik dengan keluarga beliau
إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ صِلَةَ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
“Sesungguhnya, termasuk dari perbuatan paling baik dalam berbakti kepada orang tua adalah seseorang berbuat baik kepada keluarga orang yang dicintai (teman) ayahnya.” (H.R. Muslim)
betapa luasnya kesempatan untuk berbakti kepada orangtua. Apakah kita akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalankan kewajiban yang mulia ini? Lihatlah pula betapa besarnya semangat para sahabat dalam menjalankan kewajiban berbakti kepada orang tua. Maka bagaimanakah dengan kita? Sudahkah kita membuat mereka bangga?Apakah kita membuat mereka kecewa dan menyia – nyiakannya??apakan kita sudah jadi anak yang berbakti?
Seseorang yang berbuat baik kepada orangtuanya maka dia akan mendapatkan balasan yang sangat besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan hanya di akhirat kelak, namun juga di dunia. Di antaranya adalah bahwa orang-orang yang berbuat baik kepada orang tuanya, maka akan berbuat baik pula anak-anaknya kepadanya. Karena sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil-dalil yang syar’i bahwa balasan seseorang adalah sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya. Di samping itu, seseorang yang berbuat baik kepada orang tua juga akan diberi jalan keluar dari kesulitan yang menimpanya. Begitu pula di antara balasan bagi seseorang yang berbuat baik kepada orangtuanya adalah akan dimudahkannya dirinya dalam mencari rezeki dan dipanjangkan umurnya. Sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barang siapa senang untuk diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah rahimnya.” (H.R. Muslim)
Berbakti kepada orang tua masuk ke dalam keumuman hadits ini karena termasuk penunaian silaturahim, dan bahkan silaturahim yang paling tinggi adalah menghubungi orang tua. Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memberikan taufik-Nya kepada kita semua untuk bisa berbakti kepada orangtua..
KHUTBAH KEDUA
Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Setelah kita mengetahui betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orang tua, maka tentu saja tidak semestinya bagi kita untuk menganggap remeh amalan ini. Apalagi Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menjalankan kewajiban ini di saat yang sangat sulit untuk dijalankan. Yaitu di saat orang tua telah berusia lanjut, yang dalam usia tersebut tentunya orang tua dalam keadaan semakin lemah badan dan cara berpikirnya, sehingga bisa membuat seorang anak akan merasa capai dalam mengurusinya. Dalam keadaan demikian, seorang anak bisa terkena rasa bosan dan bahkan jengkel dengan perkataan maupun perbuatan yang dilakukan oleh orangtua. Namun, dalam keadaan yang demikian pun seorang anak harus bersabar dan tidak menyakiti orangtuanya dalam bentuk apapun. Hal ini tentu menunjukkan betapa ditekankannya kewajiban ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang hamba-hamba-Nya menyakiti orang tua, meskipun dengan ucapan yang hanya menunjukkan kekesalan. Maka perbuatan menyakiti yang lebih dari itu lebih besar dosanya. Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan agar seorang anak berbuat baik kepada orangtuanya. Yaitu dengan mengucapkan tutur kata yang sopan dengan merendahkan diri di hadapannya serta mendoakan kebaikan untuk keduanya.
Jamaah shalat jum’at yang berbahagia,
Akhirnya, marilah kita berupaya untuk memperbaiki diri dalam menjalankan kewajiban kita kepada orang tua. Marilah kita senantiasa mengingat betapa tingginya amalan ini di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan betapa besarnya pengorbanan orang tua kepada kita terlebih di saat masih dalam kandungan dan saat persalinan, serta setelah dilahirkan sebagai seorang bayi. Kedua orang tua telah mengerahkan tenaga dan pikirannya, serta hartanya untuk merawat kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk berbakti kepadanya. Siapapun orang tua kita dan bagaimanapun keadaan orang tua kita. Apakah mereka orang yang miskin, cacat dan tidak berpangkat atau bahkan seandainya keduanya belum mendapatkan hidayah sehingga masih dalam keadaan kafir, berbuat bid’ah, atau terjatuh pada kemaksiatan lainnya. Hal tersebut tidaklah membuat gugurnya kewajiban kita dalam berbakti kepada orangtuanya. Bahkan, seseorang harus tetap berkata yang baik dan tidak menyombongkan dirinya, baik dengan harta dan kedudukannya, serta ilmunya di hadapan orang tuanya. Namun, dia harus berusaha membantu keperluan keduanya selama tidak melanggar syariat dan berusaha untuk menjadi sebab turunnya hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada keduanya.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua, serta memberikan kepada kita kemudahan untuk senantiasa ikhlas dalam menjalankannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sialahkan Ungkapkan Perasaan Kalian